November 17, 2015

Berilmu dan Bermanfaat, Mengapa Tidak?

Source: Dunia Jilbab

Anda telah berkeluarga, tapi ingin tetap bermanfaat bagi umat? Atau, anda ingin menjadi wanita produktif, meski kondisi tak memungkinkan anda untuk leluasa keluar rumah? Bagaimana caranya agar ilmu yang kita dapatkan tak sia-sia?

Seperti kita tahu, mencari ilmu adalah kewajiban setiap muslim. Allah SWT juga memerintahkan umat-Nya untuk menuntut ilmu sebanyak-banyaknya. Dalam salah satu hadist dikatakan, “siapa yang menempuh jalan dalam rangka mencari ilmu, akan Allah mudahkan baginya jalan ke surga” (HR. Muslim). Bahkan  di  Al  Qu'ran  disebutkan“niscaya  Allah  akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-Mujadilah: 11). Itu artinya ilmu pengetahuan menduduki posisi penting dalam Islam

Sebelum mengamalkan sesuatu, ada baiknya kita pun mendasarinya dengan ilmu. Tak  heran bila ada ungkapan, “siapa yang menginginkan dunia, hendaknya dengan ilmu. Siapa menginginkan akhirat, hendaklah dengan ilmu. Dan  siapa  yang  menginginkan  keduanya,  maka hendaklah dengan ilmu.” Tanpa ilmu, bisa jadi kita berbuat sesuatu yang tak ada tuntunannya dalam agama. Bukannya beroleh  pahala,  malah  menambah  dosa.

Dengan berilmu, pondasi kehidupan kita akan lebih kokoh dan tak mudah  goyah  oleh  berbagai  pengaruh negatif. Bila kita tilik sejarah, wanita berilmu telah sejak lama mendapatkan tempat untuk  berkiprah. Kita tentu ingat bagaimana perjuangan Khadijah binti Khuwailid, istri pertama Rasulullah yang memiliki kekayaan berlimpah, status sosial tinggi, dan seorang pengusaha sukses. Dengan modal harta dan ilmunya, beliau berperan aktif dalam dakwah awal Rasulullah. Begitu pula dengan 'Aisyah binti Abu Bakar, istri  Rasulullah  yang  cantik,  cerdas,  hafal  Qur'an, hafal ribuan hadist, dan aktif membagikan ilmu yang dimilikinya. Lalu ada Ummu Salamah, istri Rasulullah yang  memiliki  analisa  tajam,  sehingga  mampu  memberikan  masukan penting dalam penyusunan strategi perang. Begitu pun Fatimah binti Muhammad SAW, putri Rasulullah dan Khadijah, yang terlibat dalam berbagai peperangan sebagai tabib. Sungguh, mereka adalah contoh wanita-wanita tangguh yang konsisten menyumbangkan ilmu dan tenaganya untuk kepentingan umat, tanpa melepaskan peran mereka sebagai istri dan ibu di rumah mereka masing-masing.

Saat ini kita memang berada di zaman yang berbeda. Namun contoh-contoh di atas bisa menjadi penyemangat tersendiri bagi muslimah masa kini. Semangat untuk terus menuntut ilmu dan berperan aktif di masyarakat, tanpa menanggalkan posisi sebagai istri dan manajer rumah tangga (ummu wa robbatul bait). 

Bagi para ibu yang sibuk mengurus anak-anaknya yang masih belia, sehingga tak leluasa beraktivitas di luar rumah, mereka pun tak perlu berkecil hati dan merasa terkungkung. Bila mereka paham bahwa apa dijalaninya itu berpahala besar, tentu mereka dapat memandang positif aktivitasnya tersebut. Sayangnya banyak wanita  yang  belum menyadari bahwa apa yang dijalaninya tak hanya bermanfaat bagi keluarganya semata, namun lebih dari itu mereka sebenarnya tengah mempersiapkan generasi pembangun bangsa. Tanpa peran perempuan-perempuan beriman dan terpelajar di rumah, mustahil bangsa kita kelak menjadi bangsa  yang  kuat.

Lalu, bagaimana caranya agar kita mampu berprestasi dan bermanfaat, padahal sibuk dengan berbagai urusan rumah tangga? Berikut beberapa langkah yang bisa para muslimah lakukan guna mengoptimalkan potensinya:
1. Analisa minat dan bakat anda
Dengan mengetahui bakat dan minatnya, para muslimah dapat lebih memaksimalkan potensinya. Sehingga mereka bisa percaya diri dengan kemampuannya, menikmati perannya, serta mampu berkontribusi aktif bagi kemajuan masyarakat.
2. Identifikasi waktu yang tersedia
Berusahalah untuk produktif, berapa pun waktu yang kita punya. Kita yang harus mampu mengatur waktu, bukan kita yang diperbudak oleh waktu. Waktu-waktu kosong, misalnya disela waktu bermain dan istirahat anak, bisa kita manfaatkan untuk menambah ilmu, ketrampilan, amalan, serta menyelesaikan urusan yang menjadi kewajiban kita. Jangan sampai waktu luang tersebut hanya kita lewatkan dengan tidur atau mengerjakan hal yang sia-sia.
3. Memanfaatkan fasilitas belajar online
Saat ini kita bisa belajar apa pun dan kapan pun, tanpa  harus  terbatas  jarak,  waktu,  atau biaya. Kita dapat belajar ilmu agama maupun ilmu-ilmu lain yang menjadi minat  kita.  Daripada hanya sekedar pamer status dan foto, serta bergosip di Facebook atau media sosial lainnya, tentu akan lebih bermanfaat bila kita gunakan waktu untuk bergabung  dengan  berbagai kuliah dan kegiatan online yang produktif. Tak harus berbayar, karena sumber belajar gratis pun melimpah.
4. Berusaha Proaktif
Dengan bersikap proaktif, muslimah dapat berkontribusi nyata dan menjadi agen perubahan di masyarakat. Kita bisa mewujudkannya dengan membantu proyek-proyek sosial, sesuai dengan kemampuan yang kita miliki.
Salah satu contoh sederhana, ada seorang ibu rumah tangga yang bermukim di Amerika Serikat dan bekerja paruh waktu sebagai loper koran. Namun siapa nyana, di Indonesia ia memiliki sebuah TK gratis yang diperuntukkan bagi anak-anak kurang mampu.
Contoh lainnya masih dari Amerika Serikat, yakni para  muslimah  yang  bersedia  meluangkan sedikit waktunya untuk menggerakkan organisasi IMSA Sister. Meski mereka memiliki beragam kesibukan dan tinggal di berbagai wilayah dengan beragam zona waktu, namun tak menyurutkan langkah mereka untuk berkontribusi bagi umat. Itu membuktikan bahwasanya  kita bisa berbagi dengan sesama, apa pun kondisi kita saat ini.
5. Tetap bersandar pada Al Qur'an dan sunnah
Sesibuk dan sesempit apa pun waktu kita, ada baiknya tetap merutinkan membaca dan mengkaji Al Qur'an, tafsir, maupun hadist.  Aktivitas  tersebut  akan  menjadi  penyemangat kita agar  senantiasa meningkatkan ilmu dan iman Islam kita.

Pada intinya, wanita berhak berilmu dan meraih kesempatan seperti halnya kaum adam. Dengan berilmu, seorang wanita akan lebih berdaya dan mampu berperan positif membangun masyarakat. Tak masalah apakah perjuangan itu dilakukan di dalam ataupun di luar rumah.  Dalam salah satu hadist disebutkan, “manusia yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain” (HR. Thabrani). Oleh karena itu, para wanita hendaknya bersemangat untuk terus produktif. Sehingga mereka bermanfaat tak hanya bagi keluarga, namun juga bagi komunitas dan orang-orang di sekitarnya.

Ladang amal dan pahala terhampar di depan mata. Apalagi yang kita tunggu? Yuk, sama- sama berusaha menjadi pribadi yang berilmu dan bermanfaat!

Catatan:
Alhamdulillah artikel di atas mendapat penghargaan Juara 2 dalam Lomba Menulis IMSIS 2015 yang diadakan oleh organisasi IMSA - Sister (USA).
• • •