Sejak bulan September 2012 yang lalu, saya banyak berada di ruang Infant. Saya jadi banyak belajar mengurus bayi dan segala tetek-bengeknya. Bukan hanya belajar bagaimana memenuhi kebutuhan dasar mereka saja, namun juga belajar mengedukasi mereka.
Biarpun bayi sering kita pandang sebagai makhluk yang tak berdaya dan belum mengerti apa-apa, ternyata menurut pandangan para ahli pendidikan anak usia dini, para bayi itu justru pembelajar sejati. Sejak mereka dilahirkan, mereka telah siap untuk belajar apa saja. Jadi bila kita sebagai orang dewasa memperlakukannya dengan tidak baik, jangan harap para bayi itu akan tumbuh menjadi seorang yang bahagia dengan segala potensi dan keunikan yang mereka miliki. Untuk itu, membuat rencana kegiatan dan portofolio untuk para bayi itu pun menjadi rutinitas kami. Hal itu pula yang membedakan early childhood educator dengan baby sitter.
Salah satu tugas guru di ruang infant adalah membantu bayi agar bisa memiliki kebiasaan tidur yang baik. Salah satunya dengan menempatkan mereka di crib atau box bayi saat mereka mulai mengantuk. Setiap anak memiliki tempat tidur sendiri yang dihias dengan foto si bayi dan keluarganya. Foto-foto itu ditempatkan di crib agar setiap bayi bisa lebih tenang dan merasakan kehadiran ayah, ibu, dan saudara-saudaranya.
Di USA sendiri, crib bisa dibeli dengan mudah di berbagai pusat pertokoan. Bila ingin murah, bisa juga hunting di toko-toko barang bekas. Pilihannya pun beragam, dari yang murah sampai yang mahal. Nah, saya pun berpikir, kalau misalnya penggunaan crib ini diterapkan di Indonesia (baik itu di rumah maupun di child care), tentu bukanlah pilihan yang murah. Meski saya akui ada sisi baiknya, namun faktor harga crib/box bayi yang tidak murah bisa menjadi kendala bagi orang tua yang ingin membuat anaknya mandiri dalam hal tidur.
Alhamdulillah, tadi saya baru saja menemukan jawaban dari kegusaran saya. Menata kamar anak dengan prinsip Montessori bisa menjadi salah satu pilihan bila kita ingin anak-anak bisa tidur secara mandiri dari awal, tanpa harus mengeluarkan biaya besar untuk dekorasi kamar. Untuk ruang bayi, kita bisa menggunakan metode Floor-Bed yang contohnya bisa anda lihat di gambar berikuti ini:
1. Floor Bed - Mamamilieu |
2. Floor Bed - Twins and Montessori |
3. Floor-bed - Montessori on the Double |
Foto ketiga memperlihatkan kamar anak kembar bernama Brooke dan Mackenzie. Anda bisa membaca lengkap pengalaman yang ditulis oleh Ibu mereka yang bernama Stephanie Woo di web Montessori on the Double.
Berikut ini adalah dua video yang menggambarkan detail kamar yang ditempati oleh Brooke and Mackenzie:
Contoh lainnya bisa dilihat di link berikut:
- http://www.howwemontessori.com/how-we-montessori/2011/05/otiss-montessori-room.html
- http://harvestingkale.blogspot.com/2012/04/montessori-monday-kales-floor-bed.html
- http://harvestingkale.blogspot.com/2012/04/montessori-monday-kales-floor-bed.html
Melihat beberapa foto dan video di atas, kegundahan saya mengenai mahalnya biaya pembuatan kamar anak akhirnya bisa terhapuskan. Dengan biaya yang murah dan peralatan yang sederhana, insya Allah kita bisa tetap menghadirkan ruang dan media belajar bagi anak-anak kita.