July 04, 2005

Setelah Beberapa Lama

Setelah menanti selama beberapa waktu, pada sabtu tengah malam (02/07/2005) saya mendapat kabar dari suami bahwa ia berhasil mendapatkan perpanjangan beasiswa untuk studinya. Alhamdulillah, penantian dan doa saya selama ini ternyata tak sia-sia. Langsung terpikir dalam benak saya, bahwa (insya Allah) beberapa bulan lagi saya akan bisa menemaninya di sana. Ah, betapa senangnya saya bisa kembali berkumpul dengan suami tercinta. Amiin..Amiin.

Ngomong-ngomong soal menemani, itu berarti saya akan mengubah aktivitas yang saya jalani saat ini. Ya, saya tak akan lagi disibukkan dengan pekerjaan kantor dan beberapa aktivitas lain bersama teman-teman kantor ataupun organisasi. Waktu saya akan lebih banyak tercurah untuk mengurus suami dan juga rumah kami nanti (:D). Wow, bagaimana ya rasanya jadi ibu rumah tangga yang seharian ada di rumah, sementara suami sibuk belajar di kampus?

Dulu saat awal menikah, saya sempat sedikit diejek oleh salah satu temen di kantor. Dia cewek dan kebetulan belum menikah di usianya yang sudah 30 tahun. Ia mengejek gara-gara saya mengaku bahwa sayalah yang menyucikan dan menyetrika baju suami. Juga tentu (kadang-kadang) memasak untuknya, terutama di hari-hari libur. Apalagi saya masih mencuci secara manual alias gak pake mesin cuci. Jadi menurut pendapat teman saya itu, saya ini lebih mirip pembantu daripada istri :D

Saya cuma tertawa mendengar omongannya itu. Saya sendiri tak pernah menganggap diri saya menjadi “rendah”, hanya karena saya melayani suami untuk menyiapkan keperluan sehari-harinya. Saya yakin di setiap gerak langkah yang saya tujukan untuk melayani suami, tentu akan berbuah berkah dan pahala. Dan lagi, saya sendiri tak tega kalau suami saya yang harus melakukan itu semua, meski sebenarnya ia bisa :D

Pada suatu saat, saya menggoda suami saya dengan berkata, “mamas bajunya dicuci dan diseterika sendiri dong.”

“Ah..., nanti gak bersih. Udah gitu ntar hasil setrikaanku jg gak rapi,” jawabnya sambil terus asyik maen game di komputer.

“Sekali-kali gak papa kan?” ungkap saya sambil tersenyum.

Seketika dia hentikan aktivitas nge-gamenya untuk beberapa saat. Selanjutnya ia berkata sambil tersenyum, “gini aja, mamas minta tolong adek untuk nyuci dan nyetrika ya. Ntar kalo adek capek, mamas pijetin deh.he...he..he.”

Wah, saya benar-benar tak bisa menolak permintaannya. Saat itu terlihat permintaan yang disampaikannya begitu tulus, walau diungkapkan dengan nada sedikit manja. Jadi ya akhirnya saya yang mencucikan dan menyetrika lagi baju-bajunya. Eh, tapi bukan karena terpaksa lho. Saya mencoba menganggap itu semua sebagai ibadah kok.

Hmm, saya sadar betul bahwa saya belum menjadi istri yang baik untuknya. Saya ini moody dan seringkali keras kepala. Saya bukan seorang bidadari yang cantik dan selalu bicara lemah-lembut. Saya hanya berusaha sebisa saya untuk terus berkembang dan menjadi lebih baik, sambil tetap menjadi diri sendiri. Kadang-kadang saya pun berdebat dengan suami tentang suatu hal. Tapi kalau saya memang salah, saya akan dengan sportif minta maaf dan mencoba tidak mengulangi kesalahan itu. Begitu pun sebaliknya. Dan alhamdulillah, kami tak pernah berselisih lebih dari sehari semalam. Setidaknya sampai saat ini.

Saya merasa bahwa suami saya adalah lelaki yang dipilihkan Allah untuk saya. Ia begitu mengerti saya, latar belakang keluarga saya dan juga cita-cita saya. Dan tambah bersyukur karena ia tak pernah keberatan dengan itu semua (Maaf ya, dek masih suka bandel dan seringkali sensitif. Hiks...hiks).

Setelah beberapa lama, saya menyadari bahwa ia takkan pernah terganti. Terima kasih cinta, atas semua yang pernah, sedang, dan akan terjadi diantara kita berdua.

Material, 4 juli 2005
22.10 wib
• • •